jika rasa ini bisa demikian mudah aku terjemahkan
dalam untaian kata atau bait-bait yang kutulis
maka akan aku lakukan
agar usai pertanyaan yang kalian lontarkan
agar usai kebimbangan ini
dan aku bisa merumuskan sikapku
egoku entah kemana
menguap dalam terpaan masalah yang membelit
hingga aku tak lagi bisa berdiri tegak
dan berlari seperti biasa
aku benci ini...
Feedjit
Blog List
Popular Posts
-
kuukir sepi pada tiap-tiap malam dalam kesunyian antara kita kutitipkan rindu pada angin yang berhembus entah mana yang sampaik...
-
aku mengeja sunyi dalam jarak antara kita dalam hening yang kau ciptakan dalam sapa yang tak kau indahkan aku mengeja sunyi ...
-
tak lagi ada di sabana itu hijaunya telah terganti dengan deru mesin dan kepulan hitam asap pabrik angin tak lagi menyapa dengan hangat ...
-
kembali kulagukan kata-kata itu kudendangkan agar cepat menjadi nyata sebagaimana mantra agar harapan jadi nyata aku tak sekuat yang dul...
-
aku rindu senja ingin rasanya kucuri secuil senja menyimpannya hingga bukanlagi kenangan yang ada
-
terkutuklah kau rindu rasa yang membuatku tak menentu tentang gondola di Venezia malam tahun baru di St Marco Roma, Firenze ata...
-
Sudah lama saya berkenalan dengan situs ini , hanya saja seperti biasa, saya yang angin-anginan tidak selalu setia mengirimkan tulisan saya....
-
Apakah cinta selalu menyisakan air mata ? kini aku hanya bisa mengenangmu Aku berdiri di pelataran candi borobudur, yang katanya candi...
-
bila hari ini kau putari waktu kembali maka kuingin esok, dan waktu-waktu selanjutnya aku ada di sisimu untuk putari waktu bersama ...
-
Aku merindukanmu, bertatap, mengenal dan berbincang denganmu bahkan ketika harus kukorbankan waktu untuk diriku sekedar untuk melepas penat ...
Saturday, December 19, 2009
Tuesday, November 3, 2009
senja cinta
Senja menyapu langit dengan warna merah tembaga, memberi nuansa berbeda dalam transformasi waktu siang menuju malam. Aku masih saja takjub akan keindahan senja, dan senja ini kembali mengingatkanku padamu. Jika waktu adalah sebuah perputaran ulang, dimana setiap kejadian adalah ulangan dari kejadian sebelumnya, demikian halnya dengan rasa ini, yang selalu terulang dan terulang, entah sampai kapan.
Aku berada di tengah jembatan ini, jembatan tempat kita menikmati senja, melihat sisi kota ini dari sudut yang sedikit berbeda. Jika biasanya kita larut dalam berbagai aktivitas yang ada dalam kota ini, di jembatan ini kita melihat sisi lain, sisi muram kota ini, melihat dari pandangan mereka yang termarginalkan. Terkesan suram mungkin, namun ada perasaan yang berbeda.
Dari sini kota ini terlihat semakin pongah. Dari jembatan ini terlihat dengan jelas rumah-rumah, ah rasanya tidak layak disebut rumah. Bangunan itu dibangun seadanya dengan bahan yang bisa didapat untuk sekedar berlindung dan beristirahat. Terlihat kontras dengan bangunan di seberangnya. Sebuah mall besar dimana transaksi ratusan juta mungkin terjadi setiap harinya. Atau mobil-mobil mewah yang lalu lalang di depannya. Beberapa orang mengais rezeki di jalan itu, entah sebagai penjaja minuman, pengamen, pengemis atau pemilah sampah yang mengumpulkan barang-barang yang orang buat, dan kemudian dijualnya.
Di seberang sana, terlihat ada perahu dengan sling. Perahu sling itu… Masihkah kamu mengingatnya ? Ketika kita berdua berada dalam perahu itu. Tukang perahu itu memberi jasa dengan menghubungkan sisi kanan dan kiri dari sungai ini. Di tengah modernitas, saat orang-orang memikirkan alat transportasi yang canggih-canggih, mereka masih bertahan dengan perahunya. Aku masih ingat, begitu penasarannya aku untuk ikut menarik di tali yang terhubung pada sling untuk menjalankan perahu itu, merasakan bagaimana rasanya menjadi tukang perahu itu.
“Nanti tangannya lecet,” demikian kata Bapak itu memperingatiku.
Namun seperti yang selalu kau bilang, rasa penasaranku tidak bisa dibendung, dan aku tidak suka diperingatkan. Dan kau hanya diam saja mengamatiku.
Aku hanya tahan beberapa menit saja (atau mungkin dalam hitungan ratusan detik) karena tanganku terasa perih. Saat itu kau menarik tanganku dan mengusapnya. Sorot matamu seakan berkata, apakah rasa ingin tahumu telah terpuaskan.. ah, aku tak mempedulikannya, karena aku justru hanyut pada suasana itu, merasakan romantisme di senja ini di atas perahu di sungai yang airnya tak lagi jernih.
Kemudian sampailah kita di seberangnya, dan membayar beberapa ribu untuk penyebarangan tersebut. Kita kembali melewati rumah-rumah itu, kali ini rumah-rumah ini dibangun di dekat rel kereta api. Tampak anak-anak bermain di tengah-tengah rel yang tak dilintasi. Kamu mengejekku ketika itu.
“ ini sama ya dengan kost kamu, dekat rel kereta api. Hanya saja nuansanya berbeda.”
Aku hanya bisa tersenyum, dan menjadi teringat pertanyaanmu dulu, apakah aku sering terbangun ketika kereta api lewat.
Ya, seperti katamu, di sini nuansanya berbeda, lebih berantakan, lebih memprihatinkan dan entahlah rasanya tinggal di sana. Rumah-rumah itu dibangun berjajar-jajar tanpa ada celah, suara musik dangdut terdengar dengan jelas, mengingatkan aku pada suasana sebuah kota yang dulu acapkali aku kunjungi, sebuah daerah di kawasan Pantai Utara. Benar saja, beberapa percakapan yang aku dengar memiliki dialek yang sama dengan daerah tersebut.
Dalam perjalanan itu, seorang anak kecil terlihat sedang menangis. Aku dan kamu mendekatinya dan berusaha menghiburnya. Aku menggendong anak itu, dan ajaib dia menghentikan tangisnya. Beberapa saat kemudian ibunya datang, segera saja dia minta diturunkan lalu menghampiri ibunya. Sedih rasanya melihat anak tersebut, dalam senja yang hampir hilang ditelan malam, dia masih saja dengan pakaian kumalnya. Jika kubandingkan saat aku kecil dulu, orangtuaku tak pernah mengizinkan aku berada di luar rumah saat senjakala dan memandikan aku sebelum masa itu tiba.
Malam mulai menjelang, langit menjadi gelap namun terang lampu menggantikan cahaya matahari yang hilang. Dan kita masih menyusuri jalan itu, sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang.
***
Dalam sebuah senja yang lain, aku dan kamu menikmati berada di jembatan itu kembali. Ah, kamu memang selalu terkenang dengan jembatan. Menceritakan kembali pengalamanmu membangun jembatan di sebuah desa yang berada jauh di pedalaman, yang rasanya tak banyak orang yang tahu. Entah sudah berapa puluh kali aku mendengar ceritamu, namun karena melihatmu yang begitu bersemangat dan terlihat bangga (atau jumawa?) aku selalu mendengarnya, tanpa memotongnya.
“jembatan ini mungkin 4 kali lipat lebih bagus daripada jembatan yang kita dirikan. Namun aku masih ingat betapa penduduk merasa senang dengan jembatan itu. Jembatan itu kita bangun bersama, bukan pemberian dan efeknya ada rasa sense of belonging’’
Dalam sebuah konsep bernama pemberdayaan yang merupakan antitesa dari konsep pembangunan yang bersifat top down, pelibatan masyarakat penting. Adanya rasa sense of belonging akan menjaga keberlangsungan kebermanfaatan jembatan itu. Ah.. menjadi teringat masa-masa kita berdialektika.
Kamu selalu berjanji mengajakku ke tempat itu suatu hari nanti. Melihat jembatan itu, menyapa penduduknya dan melihat bagaimana perkembangan zaman menggerus kearifan penduduk di sana. Janji yang entah kapan akan kau tepati… aku tak berani menagihnya, tidak sekarang ataupun nanti.
Jembatan ini menimbulkan efek yang lain untukmu dan juga untukku, entah mengapa. Aku atau kamu acapkali termenung di atas jembatan itu dengan membawa pikirannya masing-masing. Kadang aku bertanya, apakah kamu masih terkenang dengan jembatanmu dulu? Sementara pikiranku melayang pada masa yang sudah-sudah dan juga kenangan bersamamu. Masih ingatkah kamu, kala kita menikmati senja di jembatan ini.. kamu tiba-tiba menciumku, ciuman pertama kita. Kamu tertawa lebar melihatku terkejut akan perbuatanmu itu. Bagaimana tidak, ciuman itu menyadarkan aku dari lamunanku.. Kamu memang selalu tak terduga.
Tak terasa malam mengusir keindahan senja. Kala itu, pemandangan berubah dan terasa berbeda. Dari jembatan ini, pekat malam begitu terasa dan pemandangan di seberang sana seperti dunia yang berbeda. Gemerlap lampu penerangan, kendaraan yang berlalu lalang… ah sungguh kontras dengan di sini yang begitu sepi dan muram, padahal hanya terpisah jarak 500 meter.
***
Hari hampir senja ketika kita menyusuri kota ini, dan tepat ketika senja datang kita tiba di tempat itu, tempat dimana kelak kita berproses bersama dengan penduduk di sana. Sebuah proses yang entah dimana muaranya.
***
Senja… kali ini senja tak lagi bisa kunikmati denganmu. Demikian halnya dengan senja yang selanjutnya selalu akan datang. Aku, kamu berada dalam lintasan hidup kita masing-masing dengan membawa semua rasa yang kita punya.
Senja tak lagi membawa kita pada sisi lain kehidupan. Senja kita adalah perubahan. Senja kita adalah awal langkah kecil kita. Senja adalah cinta kita.
Categories
cerita
Thursday, October 22, 2009
untuk Tuhanku
mungkin selama ini aku terlalu pongah
atas apa yang aku yakini
atas apa yang ada dalam otakku
maka maafkan aku Tuhan
kadang bertanya tentang pamrih
sungguhkan tulus dihadirkan dalam tiap laku
juga padaMu Tuhan
atau apakah ingin mengharap balasan surga, pahala
sungguh aku tak menginginkannya
aku hanya berharap bisa membantu dan memberi kebahagian untuk orang lain
Tuhan
dalam doa, aku bermunajat padaMu
berdialog denganMu
sungguh, aku hanya memilikiMu
Aku selalu berdoa, agar keadaan ini menjadi lebih baik
dan aku tahu Kau tahu apa yang terbaik untukku
jika kubilang dunia ini tidak adil, memang demikian
namun aku memilikiMu, yang bisa membuatnya menjadi adil
Amien
atas apa yang aku yakini
atas apa yang ada dalam otakku
maka maafkan aku Tuhan
kadang bertanya tentang pamrih
sungguhkan tulus dihadirkan dalam tiap laku
juga padaMu Tuhan
atau apakah ingin mengharap balasan surga, pahala
sungguh aku tak menginginkannya
aku hanya berharap bisa membantu dan memberi kebahagian untuk orang lain
Tuhan
dalam doa, aku bermunajat padaMu
berdialog denganMu
sungguh, aku hanya memilikiMu
Aku selalu berdoa, agar keadaan ini menjadi lebih baik
dan aku tahu Kau tahu apa yang terbaik untukku
jika kubilang dunia ini tidak adil, memang demikian
namun aku memilikiMu, yang bisa membuatnya menjadi adil
Amien
Thursday, September 24, 2009
cinta
Falling in love is not at all the most stupid thing that people do-but gravitation cannot be held responsible for itAlbert Einstein
Sesuai dengan hukum grafitasi, benda yang dilempar ke atas akan jatuh. Artinya jatuhnya benda ke bawah adalah pengaruh dari daya gravitasi. Namun jatuh cinta, tidak disebabkan oleh gravitasi demikian kata einstein.
Cinta rasa-rasanya menjadi tema bahasan yang tidak lekang dimakan waktu. Lihat saja roman Shakespeare Romeo dan Juliet yang masih menggema, dan rasanya selalu saja ada bahasan tentang cinta. Berbicara cinta adalah membicaraan drama hidup dan manusia itu sendiri.
Kadang bertanya tentang apakah cinta, dan terkadang meragukannya. Benar juga kata seseorang, jika ingin mengetahui tentang cinta, maka belajarlah mencintai.
perjumpaan kita tentunya bukanlah suatu kebetulan
demikian pula apa yang terjadi antara kita
jika kemudian rasa yang aku rasa ini berfluktuasi
itulah indahnya cinta
Ah sudahlah, aku tidak mau terjebak dengan perasaan itu.
Categories
cerita
Monday, September 14, 2009
sajak dua
Bila tiba waktuku, kuingin tak seorang pun menangisiku
kuingin saat itu aku telah memeluk mimpiku
Bila tiba waktuku, tak ingin seorang pun tahu
biarlah aku pergi diam-diam, hingga tak ada yang menyadarinya
dan aku hanya jadi sepenggal cerita dalam hidup kalian
Batavia, 140909
kuingin saat itu aku telah memeluk mimpiku
Bila tiba waktuku, tak ingin seorang pun tahu
biarlah aku pergi diam-diam, hingga tak ada yang menyadarinya
dan aku hanya jadi sepenggal cerita dalam hidup kalian
Batavia, 140909
Categories
puisi
sajak satu
jangan mengusikku
jika kamu tak mau taringku keluar dan kemudian mencabikmu
atau lidahku yang setajam sembilu mengirismu habis
Aah..
nyatanya aku juga hanya terdiam
menyusun kekuatan
menanti larasnya inginku dan mauMU
jika kamu tak mau taringku keluar dan kemudian mencabikmu
atau lidahku yang setajam sembilu mengirismu habis
Aah..
nyatanya aku juga hanya terdiam
menyusun kekuatan
menanti larasnya inginku dan mauMU
Categories
puisi
Bunga
Bahkan bunga rumput pun lelah
mengering dan kemudian ada yang mengganti, bagai sebuah siklus dan bukti kegigihannya sebagai bunga rumput yang kan selalu ada
bahkan bunga rumput pun lelah
tak diindahkan bahkan terinjak dan dibabat
ternyata mampu tumbuh di tempat yang sulit pun tak menjadi arti bagi hadirnya
Batavia, 14 September 2009
mengering dan kemudian ada yang mengganti, bagai sebuah siklus dan bukti kegigihannya sebagai bunga rumput yang kan selalu ada
bahkan bunga rumput pun lelah
tak diindahkan bahkan terinjak dan dibabat
ternyata mampu tumbuh di tempat yang sulit pun tak menjadi arti bagi hadirnya
Batavia, 14 September 2009
Categories
puisi
Thursday, September 10, 2009
untitled
apalagi yang bisa aku banggakan?
impian yang tlah koyak
hati yang luka
kakiku bahkan tlah lelah
yang ada hanya kesombongan
impian yang tlah koyak
hati yang luka
kakiku bahkan tlah lelah
yang ada hanya kesombongan
Categories
puisi
inginku
24 jam terasa lama
dan hari adalah pengulangan waktu sebelumnya
ketika aku kembali bergelut dengan rasa yang sama
ingin rasanya meloncat dari waktu ini
aku dalam gamang
keresahan dan segala rasa yang tumpah ruah
inginku, rencanaMU akankah akhirnya bertemu?
terkadang ingin menyerah
berkata kalah pada dunia yang pongah ini
aku lelah
dan hari adalah pengulangan waktu sebelumnya
ketika aku kembali bergelut dengan rasa yang sama
ingin rasanya meloncat dari waktu ini
aku dalam gamang
keresahan dan segala rasa yang tumpah ruah
inginku, rencanaMU akankah akhirnya bertemu?
terkadang ingin menyerah
berkata kalah pada dunia yang pongah ini
aku lelah
Categories
puisi
Wednesday, September 9, 2009
purnama
bulan purnama
dan aku masih saja terpukau dengan memandanginya
ini adalah bulan yang sama
5 tahun lalu, 10 tahun atau ratusan tahun yang lalu
masihkah ku kan melihat purnama
mencari sosok yang ada dalam rona purnama
dan aku masih saja terpukau dengan memandanginya
ini adalah bulan yang sama
5 tahun lalu, 10 tahun atau ratusan tahun yang lalu
masihkah ku kan melihat purnama
mencari sosok yang ada dalam rona purnama
Categories
puisi
Sunday, September 6, 2009
Perempuan yang ingin memutar waktu
Jika saja waktuku bisa diputar lebih cepat
lebih cepat, lebih cepat dari waktu orang lain
akan kupacu langkahku lebih cepat, lebih cepat
meski kadang terasa gamang ketika bertemu tanya
apa yang aku inginkan, apa yang kucari
waktu terasa lambat bagiku
hingga pikiranku terasa tlah melebih waktu
dan tubuhku kupacu mengikuti pikiranku
tapi ketika tersadar, aku masih di sini
di waktu yang terasa lambat
dan terasa lelah serta jemu menunggu waktu
lebih cepat, lebih cepat dari waktu orang lain
akan kupacu langkahku lebih cepat, lebih cepat
meski kadang terasa gamang ketika bertemu tanya
apa yang aku inginkan, apa yang kucari
waktu terasa lambat bagiku
hingga pikiranku terasa tlah melebih waktu
dan tubuhku kupacu mengikuti pikiranku
tapi ketika tersadar, aku masih di sini
di waktu yang terasa lambat
dan terasa lelah serta jemu menunggu waktu
Categories
puisi
kemarau menjelang dan hujan pun tak kunjung datang
mungkin akibat dari pemanasan global yang konon katanya berawal dari ulah manusia
yang abai akan lingkungannya
rumput meranggas
bunganya kering dan tertiup angin
hari ini semi dan kemudian kering
kesia-siaan yang menyedihkan
mungkin akibat dari pemanasan global yang konon katanya berawal dari ulah manusia
yang abai akan lingkungannya
rumput meranggas
bunganya kering dan tertiup angin
hari ini semi dan kemudian kering
kesia-siaan yang menyedihkan
Categories
puisi
jika
Jika tiba waktuku nanti
aku ingin tlah memeluk mimpiku
jika jantung ini tlah berhenti berdegup
ku ingin tlah menerima anugerahMu
ketika keresahan tlah menemui jawabnya
jika mata ini menutup selamanya
aku ingin tak ada duka di matamu
aku ingin tlah memeluk mimpiku
jika jantung ini tlah berhenti berdegup
ku ingin tlah menerima anugerahMu
ketika keresahan tlah menemui jawabnya
jika mata ini menutup selamanya
aku ingin tak ada duka di matamu
Categories
puisi
Tuesday, August 25, 2009
kupikir aku sudah mendekatimu, berusaha meraihmu dengan tangan mungilku
namun ternyata itu hanya fatamorgana
kau masih jauh di sana
angin menerpa langkahku yang tak lagi sempurna
membuat tubuhku limbung ketika tak ada lagi yang bisa dijadikan pegangan
ilalang tajam mengusik langkahku, menjadi aral dalam perjalananku
aku akan tetap dalam usahaku mencapaimu
meski ratusan ribuan bahkan jutaan kali aku terjatuh
atau meski aku tak akan bisa lagi melangkah
mimpi...
aku akan bisa menggenggammu
batavia, 25 agustus 2009
18:17
namun ternyata itu hanya fatamorgana
kau masih jauh di sana
angin menerpa langkahku yang tak lagi sempurna
membuat tubuhku limbung ketika tak ada lagi yang bisa dijadikan pegangan
ilalang tajam mengusik langkahku, menjadi aral dalam perjalananku
aku akan tetap dalam usahaku mencapaimu
meski ratusan ribuan bahkan jutaan kali aku terjatuh
atau meski aku tak akan bisa lagi melangkah
mimpi...
aku akan bisa menggenggammu
batavia, 25 agustus 2009
18:17
Categories
puisi
Tuesday, June 23, 2009
siapa menabur angin akan menuai badai: sebuah pembalasan akan menyapamu
Requiem Aeternam Deo!
Nietzche yang dengan lantang meneriakkan kematian tuhan, tidak lepas dari pemikiran mengenai kehendak berkuasa. Hidup adalah insting atas proses pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa.
Jika menurutnya manusia dibagi menjadi dua kelas, yaitu budak dan aristokrat. Dan membunuh tuhan adalah suatu hal yang diniscayakan karena tuhan menjadi idealisasi rasa benci, dendam ketidakberdayaan kelas budak dalam menghadapi kelas aristokrat. Tuhan telah menjadi pengharapan kelas budak untuk menjamin terlampiaskannya dendam mereka dengan menghukum yang jahat di akherat.
Inilah pembenaran ilmiah yang bisa kuajukan untuk melegalkan apa yang akan aku lakukan. Mungkin dangkal dan terkesan mengada-ada namun bongkahan di kepalaku yang konon bernama otak hanya bisa menghasilkan pikiran ini…
Nietzche yang dengan lantang meneriakkan kematian tuhan, tidak lepas dari pemikiran mengenai kehendak berkuasa. Hidup adalah insting atas proses pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa.
Jika menurutnya manusia dibagi menjadi dua kelas, yaitu budak dan aristokrat. Dan membunuh tuhan adalah suatu hal yang diniscayakan karena tuhan menjadi idealisasi rasa benci, dendam ketidakberdayaan kelas budak dalam menghadapi kelas aristokrat. Tuhan telah menjadi pengharapan kelas budak untuk menjamin terlampiaskannya dendam mereka dengan menghukum yang jahat di akherat.
Inilah pembenaran ilmiah yang bisa kuajukan untuk melegalkan apa yang akan aku lakukan. Mungkin dangkal dan terkesan mengada-ada namun bongkahan di kepalaku yang konon bernama otak hanya bisa menghasilkan pikiran ini…
Categories
cerita
Thursday, June 18, 2009
pada suatu hari yang biasa
hari ini masih sama dengan hari-hari yang lalu
hari ini masih menjadi ulangan dari hari yang sebelumnya
waktu masih melaju dengan caranya, tanpa mau menunggu atau ditunggu
keresahan ini masih terasa dengan segala hal yang dimplikasikannya
menyeruak dalam 'kemapanan' dan kenyamanan yang kurasakan
berat terasa, ketika langkah kecil ini diterpa angin
ketika lelah terasa dan kusadari betapa perjalanan ini cukup sulit
aku berdiri dalam gamang
hari ini masih menjadi ulangan dari hari yang sebelumnya
waktu masih melaju dengan caranya, tanpa mau menunggu atau ditunggu
keresahan ini masih terasa dengan segala hal yang dimplikasikannya
menyeruak dalam 'kemapanan' dan kenyamanan yang kurasakan
berat terasa, ketika langkah kecil ini diterpa angin
ketika lelah terasa dan kusadari betapa perjalanan ini cukup sulit
aku berdiri dalam gamang
Categories
puisi
Thursday, June 4, 2009
sungguh tidak mudah jika harus melipat asa
menyembunyikan sakit dalam muka yang ceria
atau ketika menyadari ternyata semuanya telah selesai
menyembunyikan sakit dalam muka yang ceria
atau ketika menyadari ternyata semuanya telah selesai
Tuesday, June 2, 2009
satu satu
satu satu
perlahan kutata hidupku
dua dua
kubangun kembali mimpiku
tiga tiga
kupompa asaku
perlahan kutata hidupku
dua dua
kubangun kembali mimpiku
tiga tiga
kupompa asaku
Categories
puisi
Monday, May 25, 2009
maaf
aku mungkin belum mampu menjalankan peranku
bahkan menjadi pelindungmu
atau sekedar menjadi orang yang senantiasa mendengarkanmu
aku menyayangimu
dalam jarak yang ada antara kita
dalam sepi yang aku ciptakan
mungkin aku terlalu larut dalam duniaku
bertarung dengan mimpi dan ambisiku
hingga membuatku berada dalam sejuta rasa
jengah, geram, kesal, atau apalah
aku mengingatmu dalam tiap harapku
berharap aku akan selalu ada untukmu di setiap waktu
melindungimu dan memastikan semuanya baik-baik saja...
ah... mungkin kau menertawakanku
karena aku yang terlalu egois dengan diriku
namun percaya
aku menyayangimu
bahkan menjadi pelindungmu
atau sekedar menjadi orang yang senantiasa mendengarkanmu
aku menyayangimu
dalam jarak yang ada antara kita
dalam sepi yang aku ciptakan
mungkin aku terlalu larut dalam duniaku
bertarung dengan mimpi dan ambisiku
hingga membuatku berada dalam sejuta rasa
jengah, geram, kesal, atau apalah
aku mengingatmu dalam tiap harapku
berharap aku akan selalu ada untukmu di setiap waktu
melindungimu dan memastikan semuanya baik-baik saja...
ah... mungkin kau menertawakanku
karena aku yang terlalu egois dengan diriku
namun percaya
aku menyayangimu
Categories
puisi
Saturday, May 9, 2009
menggelinding
ketika tersadar seperempat abad tlah berlalu
aku masih di sini dengan rasa dan perasaan yang sama
dan gamang masih saja terasa
hidup terasa menggelinding
berjalan tanpa bisa dihentikan
meski penat begitu terasa
terkadang ingin berhenti sejenak
namun itu hanya mimpi yang tak 'kan sampai
sebab hidup terus menggelinding
dalam putarannya
smoga gamang bisa beralih
smoga tanya akhirnya menemukan jawab
hingga putaran itu kemudian berhenti
saat aku tlah menemukan arti hidupku sebenarnya
aku masih di sini dengan rasa dan perasaan yang sama
dan gamang masih saja terasa
hidup terasa menggelinding
berjalan tanpa bisa dihentikan
meski penat begitu terasa
terkadang ingin berhenti sejenak
namun itu hanya mimpi yang tak 'kan sampai
sebab hidup terus menggelinding
dalam putarannya
smoga gamang bisa beralih
smoga tanya akhirnya menemukan jawab
hingga putaran itu kemudian berhenti
saat aku tlah menemukan arti hidupku sebenarnya
Categories
puisi
Wednesday, April 22, 2009
tak berjudul
Kau bilang jangan meragu
Namun langkahmu justru membuatku menolakmu
Hidup bukan hitung-hitungan matematika yang ditentukan dengan logika
Namun bagaimana juga harus mendengarkan rasa
Logika hati dan logika pikir
Sehingga tidak membuat lari menyingkir
Aah..
Namun langkahmu justru membuatku menolakmu
Hidup bukan hitung-hitungan matematika yang ditentukan dengan logika
Namun bagaimana juga harus mendengarkan rasa
Logika hati dan logika pikir
Sehingga tidak membuat lari menyingkir
Aah..
Categories
puisi
Sunday, February 15, 2009
ilalang yang berdusta
Dan tumbuhlah dia menjadi ilalang, katanya
Di sebuah sabana yang hijau
Dan aku adalah bunga rumput
Yang tumbuh bersama dengan bunga lainnya
Karena kau ilalang, kita merajut mimpi bersama
Sebagai bagian yang terlupa dari sabana
Karena kau ilalang, aku percaya kau pahami aku
Bunga rumput yang kadang tertiada
Karena kau ilalang, aku pikir kau berbeda
Namun ilalang berdusta
karena tak ubahnya seperti yang lain
Yang akhirnya menginjak aku, si bunga rumput
Setelah habis indahnya diambil
Di sebuah sabana yang hijau
Dan aku adalah bunga rumput
Yang tumbuh bersama dengan bunga lainnya
Karena kau ilalang, kita merajut mimpi bersama
Sebagai bagian yang terlupa dari sabana
Karena kau ilalang, aku percaya kau pahami aku
Bunga rumput yang kadang tertiada
Karena kau ilalang, aku pikir kau berbeda
Namun ilalang berdusta
karena tak ubahnya seperti yang lain
Yang akhirnya menginjak aku, si bunga rumput
Setelah habis indahnya diambil
Categories
puisi
Saturday, January 10, 2009
sebuah puisi
ribuan cerita kutulis karena tak mampu kuceritakan padamu
bukan karena lidahku yang kemudian kelu atau tenggorokanku tercekat
aku sadar bukan senyum yang kemudian kau hadirkan
namun sedih yang kau pendam
jika waktu bisa mempertemukan kita
ingin rasanya memelukmu
dan andai air mata ini cukup mewakili penyesalanku
dan andai dulu aku tak terjebak dalam rasa itu
aku menyayangimu
namun ternyata aku tak cukup baik untuk itu
ribuan kata maaf rasanya tidak cukup untuk menebusnya
namun aku berjanji
aku akan berusaha tepati janjiku yang telah terbunuh
bukan karena lidahku yang kemudian kelu atau tenggorokanku tercekat
aku sadar bukan senyum yang kemudian kau hadirkan
namun sedih yang kau pendam
jika waktu bisa mempertemukan kita
ingin rasanya memelukmu
dan andai air mata ini cukup mewakili penyesalanku
dan andai dulu aku tak terjebak dalam rasa itu
aku menyayangimu
namun ternyata aku tak cukup baik untuk itu
ribuan kata maaf rasanya tidak cukup untuk menebusnya
namun aku berjanji
aku akan berusaha tepati janjiku yang telah terbunuh
Categories
puisi
Subscribe to:
Posts (Atom)