Wednesday, April 9, 2014

sebuah kenangan di Muaro Jambi

Posted by ria permana sari at 8:30 AM
Apakah cinta selalu menyisakan air mata?
kini aku hanya bisa mengenangmu

Aku berdiri di pelataran candi borobudur, yang katanya candi paling besar di negeri ini. Namun ternyata bukan Borobudur, ada candi di daerah Sumatra sana yang konon lebih luas, bahkan lebih luas dari pada Angkor Wat di Kamboja.

Samar, dan terbayang kenangan mengunjungi candi itu. Bersamamu.
Belakangan baru aku tahu mitos candi Muaro Jambi yang kita datangi itu. Konon, pasangan kekasih yang datang ke sana bersama akan putus. Entah benar entah tidak, aku dan aku yakin kamu pun tidak terlalu peduli dengan mitos itu. Pun hubungan ini pun rapuh, bukan pada candi itu jika kemudian kita tak bersama lagi.




Kala itu, kita sibuk mengitari candi yang kurang terawat itu sambil minum es kelapa muda. Beberapa pengunjung nampak mengendarai sepeda yang sengaja disewakan di sana. Herannya kamu malah memilih tidur-tiduran di sebuah situs. Ah, tentu saja bukan hal yang baik untuk peninggalan sejarah itu. Terik matahari dan perut yang keroncongan yang akhirnya membuat kita meninggalkan situs candi peninggalan Sriwijaya itu.

Seiring dengan kepulanganku ke tanah Jawa, bahkan saat terakhir kita bertemu pertengkaran demi pertengkaran tak terelakkan. Apalagi ketika kudengar cerita lain tentangmu. Aah, mungkin memang sejatinya hubungan ini rapuh dan kita tak cukup kuat untuk mempertahankannya. Mungkin kamu pun lelah dan bosan meyakinkan aku. Sebagaimana kisah Raja Datuk Paduka Berhala yang kesal karena tidak berhasil memenuhi permintaan Putri Pinang Masak membuat candi setinggi langit dalam waktu semalam, lalu menendang candi itu hingga berserakan dan menjadi candi kecil-kecil.

Ternyata kenangan tentangmu, kita yang menggerakkan tanganku menulis lagi.

0 comments:

Post a Comment

 

bulir - bulir waktu Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea