Kota ini masih sama seperti dulu dan kembali aku duduk di tepi sungai Aura. Sungai yang membelah kota ini dan menjadikannya indah. Tak seperti Danube yang selalu kau dengung-dengungkan atau Mekong yang sering aku ceritakan. Sungainya berwarna coklat, bukan-bukan karena kotor seperti sungai yang biasa kita lihat di Batavia tapi lumpur yang membuat airnya berwarna coklat. Ah, setiap kota memiliki daya tariknya sendiri dan sungai ini adalah bagian dari daya dari kota ini.Aku selalu saja menyukai menghabiskan waktu di tepi sungai ini, memandangi keindahannya, menunggu senja dan menikmatinya. Sebagaimana dengan banyak orang yang menghabiskan waktunya di tepi sungai ini, entah dengan membaca buku, memakan bekalnya atau sekedar tertidur di rerumputannya yang hijau. Ya, musim panas adalah musim terindah untuk menikmati sungai ini. Jika berjalan menyusuri sungai ini, akan ada beberapa boat restaurant juga 7 bebek tiruan yang mengapung di sana. Semua masih sama, hanya saja sekarang sudah ada tram yang juga menjadi sarana transportasi di sini. Semua masih sama, hanya saja semua tak bisa lagi kunikmati bersamamu.
Musim gugur beberapa tahun lalu kita bertemu, di kota ini. Masihkah kau ingat itu? Kita berjumpa tak sengaja di castil di kota ini, dan siapa sangka jika kemudian ada pertemuan-pertemuan selanjutnya?
"Are you Indonesian?"
demikian sapamu ramah padaku.
"Ya, kamu juga?"
Akhirnya kita mengobrol dengan bahasa ibu kita, dan sebentar saja kita sudah akrab hingga bertukar-tukar nomor, id YM dan skype. "
Kita susuri kastil itu bersama, rasanya ada yang bertaut di kelingking kita.. serasa telah mengenal dirimu jauh..jauh sebelum ini. Kemudian kita susuri sungai Aura dan ada saja komentarmu tentang berbagai hal di kota ini, dari patung pinguin yang dilukis dengan indah, kapal-kapal dan tentu saja dinginnya kota ini, terlebih ketika angin berhembus.
Ada perjumpaan dan ada perpisahan, ya kamu harus segera mengejar pesawatmu yang dalam hitungan beberapa jam akan segera take off. Kuantar kamu hingga pusat kota dan mendapatkan bus, bus no 1 yang akan membawamu ke bandara.
"Nanti begitu sampai aku telpon kamu ya.." demikian janjimu sebelum masuk ke bus.
Aku mengangguk dan mengiyakan.
Kemudian kuayunkan kakiku ke perpustakaan untuk mengambil sepedaku di pelataran parkirnya, tempat aku biasa memarkirkan sepedaku. Segera saja kukayuh sepedaku, pulang ke apartemen.
Feedjit
Blog List
Popular Posts
-
kuukir sepi pada tiap-tiap malam dalam kesunyian antara kita kutitipkan rindu pada angin yang berhembus entah mana yang sampaik...
-
aku mengeja sunyi dalam jarak antara kita dalam hening yang kau ciptakan dalam sapa yang tak kau indahkan aku mengeja sunyi ...
-
tak lagi ada di sabana itu hijaunya telah terganti dengan deru mesin dan kepulan hitam asap pabrik angin tak lagi menyapa dengan hangat ...
-
kembali kulagukan kata-kata itu kudendangkan agar cepat menjadi nyata sebagaimana mantra agar harapan jadi nyata aku tak sekuat yang dul...
-
aku rindu senja ingin rasanya kucuri secuil senja menyimpannya hingga bukanlagi kenangan yang ada
-
terkutuklah kau rindu rasa yang membuatku tak menentu tentang gondola di Venezia malam tahun baru di St Marco Roma, Firenze ata...
-
Sudah lama saya berkenalan dengan situs ini , hanya saja seperti biasa, saya yang angin-anginan tidak selalu setia mengirimkan tulisan saya....
-
Apakah cinta selalu menyisakan air mata ? kini aku hanya bisa mengenangmu Aku berdiri di pelataran candi borobudur, yang katanya candi...
-
bila hari ini kau putari waktu kembali maka kuingin esok, dan waktu-waktu selanjutnya aku ada di sisimu untuk putari waktu bersama ...
-
Aku merindukanmu, bertatap, mengenal dan berbincang denganmu bahkan ketika harus kukorbankan waktu untuk diriku sekedar untuk melepas penat ...
Thursday, June 14, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment