Thursday, June 14, 2012

di tepi sungai Aura, aku mengenangmu

Posted by ria permana sari at 9:29 AM
Kota ini masih sama seperti dulu dan kembali aku duduk di tepi sungai Aura. Sungai yang membelah kota ini dan menjadikannya indah. Tak seperti Danube yang selalu kau dengung-dengungkan atau Mekong yang sering aku ceritakan. Sungainya berwarna coklat, bukan-bukan karena kotor seperti sungai yang biasa kita lihat di Batavia tapi lumpur yang membuat airnya berwarna coklat. Ah, setiap kota memiliki daya tariknya sendiri dan sungai ini adalah bagian dari daya dari kota ini.Aku selalu saja menyukai menghabiskan waktu di tepi sungai ini, memandangi keindahannya, menunggu senja dan menikmatinya. Sebagaimana dengan banyak orang yang menghabiskan waktunya di tepi sungai ini, entah dengan membaca buku, memakan bekalnya atau sekedar tertidur di rerumputannya yang hijau. Ya, musim panas adalah musim terindah untuk menikmati sungai ini. Jika berjalan menyusuri sungai ini, akan ada beberapa boat restaurant juga 7 bebek tiruan yang mengapung di sana. Semua masih sama, hanya saja sekarang sudah ada tram yang juga menjadi sarana transportasi di sini. Semua masih sama, hanya saja semua tak bisa lagi kunikmati bersamamu.




Musim gugur beberapa tahun lalu kita bertemu, di kota ini. Masihkah kau ingat itu? Kita berjumpa tak sengaja di castil di kota ini, dan siapa sangka jika kemudian ada pertemuan-pertemuan selanjutnya?
"Are you Indonesian?"
demikian sapamu ramah padaku.
"Ya, kamu juga?"
Akhirnya kita mengobrol dengan bahasa ibu kita, dan sebentar saja kita sudah akrab hingga bertukar-tukar nomor, id YM dan skype. "
Kita susuri kastil itu bersama, rasanya ada yang bertaut di kelingking kita.. serasa telah mengenal dirimu jauh..jauh sebelum ini. Kemudian kita susuri sungai Aura dan ada saja komentarmu tentang berbagai hal di kota ini, dari patung pinguin yang dilukis dengan indah, kapal-kapal dan tentu saja dinginnya kota ini, terlebih ketika angin berhembus.
Ada perjumpaan dan ada perpisahan, ya kamu harus segera mengejar pesawatmu yang dalam hitungan beberapa jam akan segera take off. Kuantar kamu hingga pusat kota dan mendapatkan bus, bus no 1 yang akan membawamu ke bandara.
"Nanti begitu sampai aku telpon kamu ya.." demikian janjimu sebelum masuk ke bus.
Aku mengangguk dan mengiyakan.
Kemudian kuayunkan kakiku ke perpustakaan untuk mengambil sepedaku di pelataran parkirnya, tempat aku biasa memarkirkan sepedaku. Segera saja kukayuh sepedaku, pulang ke apartemen.

0 comments:

Post a Comment

 

bulir - bulir waktu Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea